Kamis, 20 Desember 2012
Senin, 17 Desember 2012
MAKALAH KEPERAWATAN TRANSKULTURAL MAKANAN YANG DILARANG OLEH AGAMA KATOLIS
00.51
No comments
MAKALAH
KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
MAKANAN
YANG DILARANG OLEH AGAMA KATOLIS
KELOMPOK
4 :
1.FITRIYANI
(11620558)
2.
FRIDAY ANDIGA (11620559)
3.
GIARTO (11620560)
4.
HABIB MASHUDA (11620561)
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
KADIRI
2012
PENGANTAR
Puji Syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis
dapat menyalurkan kemampuan akademiknya melalui sebuah makalah yang berjudul
“Perspektif Traanskultural dalam Keperawatan”. Sholawat serta salam semoga
selalu terlimpahkan pada Baginda Rosulillah Muhammad SAW yang semoga kita
memperoleh Syafa’at darinya kelak di alam akhirat.
Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini. Ucapan terima kasih penulis sempaikan kepada :
1. Bu listika Mey S.Kep.Ns
selaku Pembimbing mata kuliah Konsep dasar Keperawatan 1;
2. Orang
tua penulis yang terus memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis;
3. Rekan-rekanita
yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan makalah ini;
dan
4. Seluruh
pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Sebuah pengakuan
akademik yang nyata bahwa susunan laporan penulis ini masih mengandung celah
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis menampung koreksi dan saran untuk
dikaji dalam penyempurnaan laporan penulisan ini.
Akhir kata penulis
berharap makalah ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat secara umum dan bagi
para calon perawat khususnya.
Penulis
CONTOH ANGKET PISIKOLOGI REMAJA
00.39
1 comment
CONTOH ANGKET PISIKOLOGI REMAJA
Dosen
pembimbing:
Eko
winarti SST. M. Kes
Penyusun:
GIARTO (11620560)
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
KADIRI
2012
PSIKOLOGI REMAJA
Nama Siswa :
Kelas :
Umur :
Kelas :
Umur :
Petunjuk mengrjakan:
Selasa, 27 November 2012
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
07.04
No comments
1. DENES WAHYU EKO RIMADI (11620549)
2. GIARTO (11620560)
PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA
Anatomi dan fisiologi
Payudara
perempuan
terletak
pada dinding
dada
anterior,
membentang dari
tulang rusuk
klavikula
dan 2
ke
rusuk
6,
dan dari
sternum
menyeberang ke
garis midaxillaris.
Luas permukaan
pada payudara umumnya
persegi panjang
bukan bulat.
Umumnya payudara
terletak
pectoralis major
dan pada
anterior
serratus.
Payudara sering
dibagi menjadi empat kuadran berdasarkan garis horizontal dan
vertikal menyeberang di puting.
Sabtu, 10 November 2012
Trombolitik
08.01
No comments
http://psikceria21.blogspot.com/-trombolitik-10-2012-html
BAB
2
TINJAUAN TEORI
2.1Definisi
Terapitrombolitikadalahterapiklinis
yang
ditujukanuntukreperfusijaringanmiokardiumdenganmemperbaikialirandarahpadapembuluhdarah
yang tersumbat.Bekuandarah yang terdapatdalampembuluhdarahakanmengganggualirandarahkebagiantubuh
yang dialiriolehpembuluhdarah. Hal
inidapatmenyebabkansuatukerusakanseriuspadabagian-bagiantubuh.Jikabekuanterdapatpadaarteri
yang memasokdarahkejantung,
makadapatmenyebabkanseranganjantung.Jikabekuanterdapatpadaalirandarahkeotak,
Minggu, 04 November 2012
obat istilasi ( PRIN )
07.48
No comments
http://psikceria21.blogspot.com/2012/11/obat-istilasi-prin.html
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengobatan dengan instilasi dalam
melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan setiap perawat hendaknya
juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut: tindakan keperawatan harus aman
bagi klien, sejalan dengan program pengobatan, didasari dengan prinsip dan
pengetahuan yang digabungkan dari pendidikan dan pengetahuan sebelumnya. Salah
satu tindakan keperawatan dalam pemberian obat yang sering dilakukan yaitu
pemberian obat dengan cara instilasi. Tindakan ini bersifat invasive dan sering
sekali menimbulkan berbagai komplikasi dan rasa tidak nyaman bagi pasien
terutama bila dilakukan tidak sesuai dengan tehnik dan prosedur yang baik yang dapat menyebabkan iritasi berkepanjangan sangat
mengganggu kenyamanan dan keamanan pada klien selama proses penyembuhan. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang metode pemberian obat dengan cara instilasi yang baik dan aman sangat diperlukan oleh setiap perawat agar dalam
melaksanakan tindakan tersebut tidak memberikan dampak yang negative pada
klien.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara pemberian obat tetes mata
?
2.
Bagaimana cara pemberian obat tetes
telinga ?
3.
Bagaimana cara pemberian obat tetes
hidung ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
yang ingin dicapai dari makalah ini adalah untuk memahami teknik pemberian obat
dengan cara instilasi.
1
|
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi
Penyusun
Penyusunan ini akan dapat
memberikan bekal tambahan bagi penyusun sebelum melaksanakan praktik klinik
maupun untuk meraih gelar ners yang akan datang.
b. Bagi
Pembaca
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat
memberikan tambahan pengetahuan bagi para pembaca sehingga pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang pemberian obat dengan cara instilasi sehingga
apabila nantinya terjadi kesalahan dalam melaksanakan prosedur pembaca dapat
mengingatkan tim medis atau petugas kesehatan lain yang sedang praktik.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
TETES MATA
2.1.1
Definisi
Cara memberikan
obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat yang biasa digunakan
oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli
bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb).
Namun banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata
seperti glaukoma dan untuk terapi setelah suatu prosedur, misalnya ekstraksi
katarak. Persentase besar klien yang menerima obat mata ialah klien
lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang
buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat,
mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat
atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik
yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk
memperlihatkan klien setiap langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk
meningkatkan kepatuhan klien.
2.1.2
Obat mata dapat digolongkan menjadi :
1.
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
2.
Obat mata golongan kortikosteroid
3.
Obat mata lainnya
2.1.3
Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya :
1.
Digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur
internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa
dengan cara melemahkan otot lensa
2.
Digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
3
|
3.
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda
asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus
4.
Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang
atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri
atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap
pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk
menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari
infksi sekunder
5.
Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan
untuk masalah mata yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/
radang juga gatal atau alergi
6.
Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.
2.1.4
Prinsip pemberian obat mata
1.
Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga
menjadi sangat sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena
itu,tenaga kesehatan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea
2.
Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata
lain sangatlah tinggi. Tenaga kesehatan menghindari menyentuh kelopak mata atau
struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep
3.
Tenaga kesehatan menggunakan obat mata hanya untuk
mata yang terinfeksi.
2.1.5
Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Pada
Mata
1
Indikasi
Biasanya
obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut :
a.
Meredakan sementara mata merah akibat iritasi
ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian
lensa kontak, alergi atau sehabis berenang
b.
Antiseptik dan antiinfeksi
c.
Radang atau alergi mata.
2
Kontraindikasi
Obat
tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada
penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak.
Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
2.1.6
Obat
tetes mata
1
Albucid
a.
Komposisi :
Na Sulfasetamida.
Na Sulfasetamida.
b.
Indikasi
Pengobatan & pencegahan infeksi
pada konjungtiva (selaput ikat mata), kelopak mata & kerusakan mata akibat
bahan-bahan industri, konjungtivitis (radang selaput ikat mata) akut, ulserasi
kornea, ophtalmia neonatorum (radang mata atau selaput ikat mata yang berat
pada bayi yang baru lahir).
c.
Efek samping
Reaksi alergi, super infeksi.
Reaksi alergi, super infeksi.
d.
Kemasan
Tetes mata 10 % x 10 ml.
Tetes mata 10 % x 10 ml.
e.
Dosis
1-2 tetes &
diulangi paling sedikit 4 kali sehari selama beberapa hari.
2
Azyter
a.
Komposisi
Azithromycin dihydrate
Azithromycin dihydrate
b.
Indikasi
Terapi
antibiotika secara lokal untuk conjunctivitis yang disebabkan oleh bakteri
tertentu. trachomatous conjunctivitis disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
c.
Kontra indikasi
Hipersensitivitas
terhadap azithromycin atau antibiotika golongan makrolida lainnya, pasien yang berusia < 2 tahun.
d.
Efek samping
Rasa tidak
nyaman di mata (pruritus, panas,perih) setelah diteteskan. Penglihatan menjadi
kabur. Mata terasa lengket. Sensasi rasa aneh di tubuh setelah penetesan.
e.
Indeks keamanan pada wanita
hamil
Pada wanita
hamil tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana
tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil
semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya)
2.2
TETES
TELINGA
2.2.1
Definisi
Pemberian obat pada telinga
dilakukan dengan cara memberikan tetes pada telinga . Obat tetes telinga ini
pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga
tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.
2.2.2
Obat
telinga dapat terbagi menjadi :
1. Obat
telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi.
Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain).
Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal (lidokain/benzokain).
2. Antiseptik
telinga dengan kortikosteroid
Pada
kelompok obat telinga ini selain mengandung antibiotik dan penghilang sakit
lokal juga ditambah kortikosteroid yang berfungsi untuk menghilangkan gejala
alergi pada telinga.
3. Obat
telinga lainnya Obat telinga ini diindikasikan untuk saluran telinga yang
tersumbat oleh kotoran yang mengeras.
4. Obat
telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk
5. telinga dengan pembawa yang mudah menyebar ke
dalam liang telinga. Bentuk kemasannya pun didesain khusus untuk mempermudah
pemberian obat telinga.
6. Semua
obat telinga tidak boleh digunakan untuk jangka panjang karena bisa menimbulkan
ototoksik, superinfeksi.
2.2.3
Cara
membersihkan telinga yang baik adalah :
1
Dengan menggunakan cotton bud (lidi berkapas) yang
dicelup ke dalam cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin.
2
Untuk membersihkan penumpukan serumen dapat juga
dengan meneteskan terlebih dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin
ke dalam liang telinga, tunggu beberapa saat kemudian dibersihkan dengan alat
pembersih telinga yang ujungnya lunak.
2.2.4
Obat
Tetes Telinga
1. Colme
a. Kandungan
Chloramphenicol
b. Indikasi
Radang liang telinga luar
c. Kemasan
Tetes telinga 8 ml
d. Dosis
3-4 kali
sehari 1-2 tetes
2.3
TETES
HIDUNG
2.3.1
Definisi
Tetes hidung adalah obat bebas yang
digunakan dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung yang mengandung zat
pensuspensi, pendapar dan pengawet. Sebagai cairan pembawa umumnya digunakan
air. pH cairan pembawa sedapat mungkin antara 5,5-7,5.
2.3.2
Obat Tetes Hidung
2.3.3
Bentuk-bentuknya
:
1. Tetes hidung (nasal drops). ditujukan untuk bayi,
anak-anak dan dewasa. contohnya Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
2. Semprot hidung (nasal spray). ditujukan untuk orang
dewasa. contohnya Afrin, Iliadin, Otrivin.
3. Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose
nasal spray), ditujukan untuk anak-anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan
dewasa. contohnya Beconase, Flixonase, Nasacort AQ, Nasonex, Rhinocort Aqua.
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1
PEMBERIAN
OBAT TETES MATA
Obat tetes mata biasanya dikemas dalam botol
atau tanpa pipiet (botol plastik). Cara pemberian obat tetes ini mudah.
Kerugian pemberian obat tetes mata adalah obat
ini lebih cepat hilang dari mata.
3.1.1 Prosedur Pemberian Obat
Tetes mata
Persiapan Alat
1. Obat dalam tempatnya
2 .Kertas
tisu
3 .Sarung tangan
4. Air hangat atau
kapas pelembab
|
Persiapan Lingkungan
1. Jaga
privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri
sketsel jika pasien
lebih dari 1
|
Persiapan Klien
1. 1.
Jelaskan prosedur tindakan pada klien
2. 2.
Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
3. 3.
Kaji kembali riwayat medis klien
|
Prosedur
|
Rasional
|
|
1.
Cuci tangan
2.
Pakai
sarung tangan jika terdapat secret.
3.
4.
Jelaskan
prosedur kepada klien.
5.
Cek
nama obat, dosis, dan tanggal kadaluarsa obat.
6.
Anjurkan
klien tengadah dan melihat ke atas.
7.
Tarik
kelopak ke bawah melalui tulang pipi, pegang kulit palpebra bawah dengan ibu
jari dan jari telunjuk serta tarik ke depan.
8.
Pegang
botol seperti memegang pensil dengan ujung di bawah.
9.
Letakan
pergelangan tangan yang memegang botol pada pipi klien.
10. Tekan botol secara perlahan pada formix inferior.
11. Secara pelan lepaskan palpebra bawah.
12. Instruksikan klien untuk menutup mata secara perlahan,
jangan menekannya.
13. Tunggu 5-10 menit sebelum meneteskan obat tetes yang lain.
|
1.
Menghilangkan
mikroorganisme permukaan.
2.
Melindungi
dari pemajanan terhadap sekresi.
3.
–
4.
Mengurangikecemasan
klien.
5.
Menjamin
ketepatan medikasi.
6.
Memposisikan
kepala untuk jalan termudah pada struktur mata.
7.
Membentuk
kantong tempat meneteskan obat mata.
8.
Memudahkan
mengontrol botol.
9.
Mengarahkan
botol ke bola mata tanpa menyentuh bola mata atau bulu mata.
10. Memungkinkan tetesan jatuh ke dalam kantong.
11. Mencegah tumpahnya obat.
12. Meratakan obat (penekanan menyebabkan obat tertekan ke
dalam sistem nasolakrimalis yang menurunkan absorpsi obat).
13. Meningkatkan absorpsi obat yang maksimal.
|
Evaluasi
1. Reaksi
total
2. Reaksi pasien
3. Munculnya
efek sampingobat
|
Dokumentasi
1.
Nama
2.
Umur
3.
Waktu tindakan (Jam, hari, bulan,tahun )
4.
Evaluasi
5.
Jenis tindakan
6.
Nama terang dan tanda tangan perawat dan
pasien
|
Yang harus diperhatikan pada waktu memakai obat
tetes mata :
1. Tetes mata jangan dihangatkan sebelum diteteskan, karena
panas dapat mempengaruhi kestabilan struktur kimia obat.
2. Laporkan pada dokter apabila setelah penetesan obat mata,
klien mengeluh adanya iritasi kulit atau rasa panas/ kaku karena mungkin
merupakan petunjuk adanya alergi.
3.1.2
Pemberian Obat Salep
Mata
Obat ini biasanya
dikemas dalam bentuk tube. Sifat substansi lebih stabil dibanding larutan.
Penyebaran lebih lambat sehingga digunakan sebagai pengganti tetes mata jika
dibutuhkan kerja yang lama. Salep mata juga digunakan untuk pelumas, misalnya
untuk tepi kelopak yang meradang atau apabila kornea terpajan, karena basis
minyak pada salep akan membentuk lapisan pelindung pada permukaan kornea. Obat
ini lebih lama ada di mata dibanding tetes mata, lebih enak dipakai, dan yang
masuk apparatus lakrimalis sedikit.
3.1.3
Kerugian
penggunaan obat salep :
1.
Mengganggu
penglihatan karena menimbulkan sensasi bayangan pada mata.
2.
Mengganggu
penyembuhan kornea karena dapat menghambat pelepasan epitel kornea.
3.
Dapat menyebabkan
dermatitis kontak.
3.1.4
Prosedur pemberian
obat salep mata :
Persiapan alat
1. Obat pada
tempatnya
2. Sarung tangan
3. Kasa
|
||
Persiapan Lingkungan
1. Jaga
privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri
sketsel jika pasien
lebih
dari 1
|
||
Persiapan Klien
4. 1.
Jelaskan prosedur tindakan pada klien
5. 2.
Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
3.
Kaji kembali riwayat medis klien
|
||
Prosedur
|
Rasional
|
|
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan jika terdapat secret.
3. Bersihkan mata denngan kapas basah lebih dulu jika ada sekret.
4. Jelaskan prosedur kepada klien.
5. Cek nama obat, dosis, dan tanggal kadaluarsa obat.
6. Anjurkan klien tengadah dan melihat ke atas.
7. Tarik kelopak ke bawah melalui tulang pipi, pegang kulit palpebra
bawah dengan ibu jari dan jari telunjuk serta tarik ke depan.
8. Masukan obat dari area bersih ke area kotor. Pegang tube salep dekat
mata tapi jangan menyentuh mata atau bulu mata.
9. Tekan sejumlah kecil salep secara horisontal ke dalam forniks inferior
dari kantus medial ke lateral.
10. Lepaskan kelopak mata bawah secara perlahan.
11. Instruksikan klien untuk menutup mata secara perlahan, jangan
menekannya.
12. Usap kelebihan salep mata dengan kasa.
13. Beritahu klien bahwa pandangan dapat menjadi kabur karena salep.
|
|
|
Evaluasi
1.Reaksi
total
2.Reaksi
pasien
3.Munculnya efek sampingobat
|
||
Dokumentasi
1.Nama
2. Umur
3. Waktu tindakan (Jam,
hari, bulan,tahun )
4. Evaluasi
5. Jenis tindakan
Nama
terang dan tanda tangan perawat dan pasien
|
||
Yang
harus diperhatikan pada waktu memakai obat mata :
1. Perhatikan etiketnya.
2. Perhatikan tanggal kadaluarsanya.
3. Perhatikan adanya perubahan warna.
4. Sebaiknya jangan digunakan jika telah terbuka selama tiga
bulan (>2 bulan).
5. Perhatikan, jika ada partikel-partikel sebaiknya jangan digunakan.
6. Hindarkan kontaminasi.
Khususpada obat mata,
tutup jangan sampai tertukar yaitu tutup hijau untuk miotik. Tutup merah untuk
midriatik dan tutup putih untuk antibiotik, anestesi dan steroid
3.2
Pemberian Obat pada Telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan memberikan
tetes pada telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan
infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat
antibiotik.
2.2.1
Prosedur
Pemberian Obat Tetes Telinga
Persiapan
Alat
1.
Obat dalam
tempatnya
2.
2. Penetes
3.
Lidi kapas
4.
Kertas tisu
5.
Bola kapas
|
|
Persiapan
Lingkungan
1. Jaga
privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri
sketsel jika pasien
lebih
dari 1
|
|
Persiapan
Klien
6. 1.
Jelaskan prosedur tindakan pada klien
7. 2.
Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
3. Kaji kembali riwayat medis klien
|
|
Prosedur
|
Rasional
|
1.
Tinjau kembali program obat dari dokter meliputi
nama klien, nama obat, konsentrasi obat, waktu pemberian obat, jumlah
tetesan, dan telinga (kanan atau kiri) yang akan menerima obat.
|
1.Menjamin
pemberian obat
yang aman dan
tepat.
|
2.
Periksa identifikasi klien dengan melihat gelang
identifikasi dan menanyakan namanya.
|
2.Memastikan klien
yang
menerima obat
benar.
|
3.
Kenakan sarung tangan.
|
3.Mengurangi
pajanan pada
mikroorganisme.
|
4.
Kaji struktur telinga luar dan salurannya
|
4.Memberikan dasar
untuk
menentukan apakah
timbul respons
local
terhadap
pengobatan,
apakah kondisi
klien
membaik, atau
apakah
telinga perlu
dibersihkan
dahulu sebelum
obat
diberikan.
|
5.
Jelaskan prosedur pada klien
|
5.Mengurangi rasa
cemas
|
6.
Atur suplai disisi tempat tidur
|
6.Memastikan
prosedur
berjalan lancar
|
7.
Minta klien mengambil posisi miring dengan
telinga yang akan diobati berada di atas
|
7.Memudahkan
memasukkan obat ke
dalam telinga. Saluran
telinga dalam posisi
menerima obat.
|
8.
Jika serumen atau drainase menyumbat bagian
paling luar saluran telinga, seka dengan lembut menggunakan lidi kapas.
Jangan mendorong serumen kedalam untuk menghambat atau menyumbat
saluran.
|
8.Serumen dan
drainase
menjadi tempat
berkumpulnya
mikroorganisme dan
dapat menghambat
distribusi obat ke
dalam
saluran telinga.
Oklusi
saluran telinga
mempengaruhi
kondisi
suara yang normal.
|
9.
Luruskan saluran telinga dengan menarik daun
telinga kebawah dan ke belakang (pada anak-anak) atau ke atas dan ke luar
(dewasa).
|
9.Meluruskan
saluran
telinga member
jalan
masuk langsung ke
bagian struktur
telinga
luar yang lebih
dalam.
|
10. Masukkan tetesan
obat yang diresepkan, pegang alat tetes 1cm diatas saluran telinga
|
10.Mendorong
tetesan ke
dalam saluran yang
tersumbat akan
menyebabkan cedera
pada gendang
telinga.
|
11. Minta klien
mengambil posisi miring 2 sampai 3 menit. Beri pijatan atau tekanan lembut
pada tragus telinga dengan menggunakan jari tangan.
|
11.Memungkinkan
distribusi obat yang
menyeluruh.
Tekanan
dan pijatan menggerakkan
obat ke dalam.
|
12. Kadang-kadang
dokter menginstruksikan penempatan kapas ke bagian terluar saluran telinga
jangan menekan kapas ke bagian terdalam saluran.
|
12.Memasukkan
kapas ke
dalam saluran luar
mencegah obat keluar
ketika klien duduk
atau berdiri. Kapas tidak boleh menyumbat saluran, sehingga merusak
pendengaran.
|
13. Lepaskan kapas
dalam 15 menit
|
13.Meningkatkan
distribusi
dan absorpsi obat
|
14. Buang suplai dan
sarung tangan yang kotor dan cuci tangan.
|
14.Menjaga
kerapihan sisi
tempat tidur
Mengurangi
penularan infeksi
|
15. Bantu klien
mengambil posisi yang nyaman setelah
|
15.Mengembalikan
rasa
nyaman.
|
16. Evaluasi kondisi
telinga luar diantara pemasukkan obat
|
16.Menentukkan
respon
terhadap obat.
|
Evaluasi
1.Reaksi total
2.Reaksi
pasien
3. -Munculnya efek samping obat
|
|
Dokumentasi
1.Nama
2. Umur
3. Waktu tindakan (Jam,
hari, bulan,tahun )
4. Evaluasi
5. Jenis tindakan
Nama
terang dan tanda tangan perawat dan pasien
|
2.3
Pemberian Obat pada Hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung
yang dapat dilakukan ada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau
nasofaring.
2.3.1
Prosedur
Pemberian Obat Tetes Hidung
Persiapan
Alat
1. Obat pada
tempatnya
2. Sarung tangan
3. Kertas tisu
4. Alat tulis
|
||
Persiapan Lingkungan
1. Jaga
privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri
sketsel jika pasien
lebih dari 1
|
||
Persiapan
Klien
8. 1.
Jelaskan prosedur tindakan pada klien
9. 2.
Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
·
Duduk di kursi dengan kepala
menengadah ke belakang
·
Berbaring dengan kepala ekstensi
pada tepi tempat tidur
·
Berbaring dengan bantal di bawah. bahu dan
kcpala belakang.
3. Kaji
kembali riwayat medis klien
|
||
Prosedur
|
Rasional
|
|
1.
Cuci Tangan
2.
Jelaskan
prosedur yang
akan
dilakukan
3.
Pakai sarung
tangan
4.
Beerikan obat pada tiap
lubang
hidung ( sesuai
dengan pertahankan
posisi kepala tetap tengadah ke belakang, usap dengan kertas tisu jika obat
terlalu banyak
5.
Cuci tangan
6. Catat,cara,tanggal,
dan
dosis pemberian
obat
|
1.
Menghilangkan
mikroorganisme
2.
Mengurangi
kecemasan
klien.
3. Mengurangi
pajanan pada
mikroorganisme.
4. Memposisikankepala
untuk jalan termudah pada saat
pemberian
obat.
5.Menghilangkan
Mikroorganisme
6.Menjamin ketepatan
Medikasi
|
|
Evaluasi
1.Reaksi total
2.Reaksi
pasien
3.Munculnya
efek samping obat
|
||
Dokumentasi
1.Nama
2. Umur
3. Waktu tindakan (Jam,
hari, bulan,tahun )
4. Evaluasi
5. Jenis tindakan
Nama
terang dan tanda tangan perawat dan pasien
|
||
BAB
4
PENUTUP
4.1
KESIMPULAN
Teknik
pemberian obat dan terapi dapat diberikan dengan berbagi cara disesuaikan
dengan kondisi pasien, diantaranya : pemberian obat hidung, mata dan telinga.
Dalam
pemberian obat dan terapi ada hal- hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi
dan kontraindikasi pemberian obat dan terapi. Sebab ada jenis- jenis terapi
tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.
4.2
SARAN
Dalam
memberikan obat dan terapi pada pasien, kita sebagai tenaga medis harus
memahami dengan benar cara atau teknik pemberian obat dan terapi serta
memperhatikan indikasi dan kontraindikasi dari pemberian obat dan terapi
tersebut. Pemberian obat dan terapi yang tidak sesuai bisa saja memperburuk kondisi
pasien yang kita tangani.
20
|
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Perry. Keterampilan dan Prosedur dasar. Edisi
3. Jakarta : EGC
Indriana, Istiqomah. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata.
Jakarta :EGC
Bindler,Ruth
Mcgillis.2007.Pedoman Obat Pediatrik dan
Implementasi Keperawatan.Edisi2.Jakarta:EGC
18
|
Langganan:
Postingan (Atom)