BAB
2
TINJAUAN
TEORI
2.1
Pengertian Injeksi
Injeksi adalah pemberian obat pada pasien yang berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Pemberian injeksi
merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik
steril.
2.2 Tujuan
Injeksi
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk
mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang
cepat.
2.3
Indikasi
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak
sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral. Apabila klien tidak sadar
atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan
obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien
dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi
juga disebabkan karena ada beberapa obat
yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi
oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga
dilakukan untuk anastesi lokal.
2.4
Kontra Indikasi
Resiko
infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dan
itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan
jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV
berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup
besar pada klien , khususnya anak-anak.
2.5 Proses Injeksi
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan
menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi.
Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap
tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat
mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat
berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat
mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute
injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik
jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan
sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik
dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah
tempat injeksi.
Konsekuensi
yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan
dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh,
dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum.
Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat
dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi
obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan
nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien,
khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit
serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Peraway dapat
berupaya meminimalkan rasa nyeri atau
tidak nyaman dengan cara:
a) Gunakan
jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil,
tetapi sesuai.
b) Beri
klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
c) Pilih
tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda anatomis tubuh
d) Kompres
dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum
diinsersi
e) Alihkan
perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
f) Insersi
jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
g) Pegang
spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
h) Pijat-pijat
tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan
2.6
Pengertian Intramuscular
Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk
menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau pada
lengan bagian atas.
2.7 Anatomi
Intramuscular
Jaringan intramuskular: terbentuk
dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri
dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot
di tempat penyuntikkan.
2.8 Tujuan Pemberian IM
a. Pemberian obat dengan intramuscular
bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat disbanding dengan pemberian secara
subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di otot tubuh .
b. Untuk memasukkan dalam jumlah yang
lebih besar disbanding obat yang diberikan melalui subcutan.
c. Pemberian dengan cara ini dapat pula
mencegah atau mengurangi iritasi obat. Namun perawat harus nerhati-hati dalam
melakukan injeksi secara intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka
pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut pad pasien.
2.9 Lokasi Pemberian IM
a. Paha (vastus lateralis)
posisi klien terlentang dengan lutut
agak fleksi. Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral
paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan
injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini tidak
terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada
1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara
trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu
pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian
dapat diatur miring atau duduk.
b. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring,
telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang
diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling
banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat
pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau
kurang terkontaminasi.
c. Lengan atas (deltoid)
Posisi klien duduk atau berbaring
datar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini
jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar
terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf.
Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adlah meletakkan dua jari
secara vertical dib awah akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi
injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.
d.
Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal,
perawat harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf
skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan
anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak
dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara
menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi
kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi
memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar
atas.
e. Rectus
femoris
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada
sepertiga
tengah
paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya
perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai
kedalaman
yang tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat
penting
untuk melakukan
auto-injection, misalnya pasien dengan
riwayat alergi berat
biasanya menggunakan tempat ini untuk
menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa
kemana-mana.
2.10 Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit
dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di
desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu.
Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang
paling efektif.
A. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder
dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis
dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara
umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini
didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun
tipe-tipe spuit yaitu:
a) Spuit
Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b) Spuit
tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1
ml
c) Spuit
insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit
insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri
dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit
berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang
lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar
disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi
spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum
tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian
luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas,
perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian
dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.
B. Jarum
Supaya individu
fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual.
Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum
terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali. Jarum memiliki tiga bagian: hub,
yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiapum
memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan
ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga
meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum
bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan
ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat. Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi
ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau
diinfuskan.
2.11 Hal-Hal Yang
Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi
Pemberian obat secara injeksi
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa
hal berikut ini :
a) Jenis
spuit dan jarum yang digunakan
b) Jenis
dan dosis obat yang diinjeksikan
c) Tempat
injeksi
d) Infeksi
yang mungkin terjadi selama injeksi
e) Kondisi/penyakit
klien
2.12 Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi
Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian
obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
a) Untuk mencegah kontaminasi
larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka
b) Untuk mencegah kontaminasi jarum,
cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau
vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat,
permukaan meja)
c) Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger)
atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap
tertututp penutup atau jarum.
d) Untuk
menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses
dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan
mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic.
Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.
BAB
3
PEMBAHASAN
3.1
Peralatan
- Sarung
tangan 1 pasang
- Spuit
dengan ukuran sesuai kebutuhan
- Jarum
steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk dewasa; 25-27 G dan
panjang 1 inci untuk anak-anak)
- Bak
spuit 1
- Kapas
alkohol dalam kom (secukupnya)
- Perlak
dan pengalas
- Obat
sesuai program terapi
- Bengkok
1
- Buku
injeksi/daftar obat
3.2 Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra
Muskuler)
- Tahap
PraInteraksi
- Melakukan
verifikasi data sebelumnya bila ada
- Mencuci tangan
- Menyiapkan
obat dengan benar
- Menempatkan
alat di dekat klien dengan benar
- Tahap
Orientasi
- Memberikan
salam sebagai pendekatan terapeutik
- Menjelaskan
tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
- Menanyakan
kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
- Tahap
Kerja
No.
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
- Memastikan program dokter dan bila lembar
persetujuan diperlukan.
- Perkenalkan
diri pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran.Jelaskan prosedur
dan alasannya dilakukan tindakan yang akan dilakukan dengan istilah yang
dapat dipahami klien.
|
meminimalkan ketidaknyamanan selama injeksi. Penjelasan
prosedur merupakan tekhnik distraksi yang dapat membantu mengurangi ansietas.
|
2.
|
- Pastikan
identitas klien.
- Kaji ulang untuk menetapkan apakah intervensi
masih tepat untuk klien.
- Siapkan
peralatan
- Cuci
tangan
- Sesuaikan tempat tidur atau kursi pada tinggi yang
tepat.
- Yakinkan bahwa klien nyaman dan perawat memiliki
ruangan yang cukup untuk melakukan tugas/ tindakan.
- Yakinkan bahwa cahaya ruangan cukup untuk
menjalankan tindakan.
- Bila klien ada di tempat tidur, turunkan pagar
tempat tidur pada sisi paling dekat perawat.
- Berikan privasi untuk klien. Tutup pintu, gunakan
tirai privasi.
- Ambil
obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan
dalam bak injeksi.
|
menjamin
kesterilan obat.
|
3.
|
Pertahankan duk atau pakaian untuk menutupi bagian tubuh
yang tidak memerlukan pemajanan
|
mempertahankan prifasi klien.
|
4.
|
- Pilih tempat injeksi yang tepat.
|
area ventrogluteal lebih dipilih untuk klien lebih dari 7
bulan. Bila bayi kurang dari 7 bulan, area lateralis harus digunakan.
|
5.
|
15. Periksa
tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan). Palpasi
tempat untuk adanya edema, massa, atau adanya nyeri tekan. Hindari area jaringan
parut, memar, abrasi, atau infeksi. Palpasi otot untuk menetapkan kekerasan
dan ukurannya.
|
tempat
injeksi harus bebas luka yang dapat mempengaruhi absorbsi obat. Massa otot
yang tepat diperlukan untuk menjamin injeksi intra muskuler akurat ke dalam
jaringan yang tepat.
|
6.
|
- Bantu
klien untuk mengambil posisi nyaman sesuai pada tempat yang dipilih
untuk dilakukan injeksi.
a. Pada daerah paha
(vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang
dengan lutut sedikit fleksi.
b. Pada ventrogluteal dengan
cara meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lutut dan
panggul pada posisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi.
c. Pada dorsogluteal
dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar ke arah dalam atau
miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan
tungkai bawah.
d. Pada deltoid (lengan
atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan
bawah fleksi tetapi rileks menyilang abdomen atau pangkuan.
|
dengan
membantu klien mengambil posisi yang mengurangi ketegangan pada otot akan
meminimalkan ketidaknyamanan injeksi.
|
7.
|
- Relokasi
tempat dengan menggunakan garis anatomic.
|
injeksi
akurat memerlukan insersi pada tempat anatomic yang tepat untuk menghindari
cedera saraf di bawahnya, tulang, atau pembuluh darah.
|
8.
|
- Gunakan
sarung tangan.
- Desinfeksi
dengan kapas alcohol. Bersihkan pada bagian tengah tempat injeksi dan
rotasikan keluar dalam arah sirkulasi seluas kira-kira 5 cm.
|
kerja
mekanis desinfeksi untuk menghilangkan sekresi yang mengandung
microorganisme.
|
9.
|
- Tempatkan
penutup jarum dari jarum diantara ibu jari dan jari telunjuk pada tangan
nondominan. Lepaskan penutup jarum dari spuit dengan menarik penutup
tegak lurus.
|
mencegah
jarum menyentuh sisi penutup dan menjadi terkontaminasi.
|
10.
|
- Pegang
spuit diantara ibu jari dan jari tengah tangan dominant seolah seperti
mengarahkan anak panah pada papan tembok. Kebanyakan perawat memegang
spuit dalam telapak ke bawah untuk injeksi intramuskuler.
|
injeksi
halus, terarah dan cepat memerlukan manipulasi bagian spuit dengan tepat
sehingga rasa dapat mengurangi nyari.
|
11
|
22. Lakukan penusukan dengan jarum
pada posisi tegak lurus (sudut 90 derajat) terhadap tempat injeksi.
|
sudut menjamin bahwa obat mencapai massa otot.
|
12
|
- Tepat di bawah tempat injeksi, tarik kulit di
bawahnya dan jaringan subcutan 2,5-3,5 cm ke bawah atau lateral terhadap
tempat injeksi dengan tangan nondominan.
|
: hal ini mengurangi kebocoran obat ke dalam jaringan
subcutan dan sehingga mengurangi nyeri.
|
13.
|
- Pegang taut kulit dan dengan cepat injeksikan
jarum kedalam otot pada sudut 90 derajat dengan menggunakan metode
Z-track.
|
:
jarum tetap diinsersikan selama 10 detik untuk memungkinkan obat menyebar
dengan rata. Metode Z-track menciptakan jalur zig-zag pada jaringan yang
mengunci jalur jarum untuk menghindari keluarnya obat melalui jaringan
subcutan.
|
14.
|
25. Setelah jarum memasuki area,
pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan nondominan. Terus pegang
kulit dengan kencang. Lepaskan tangan dominant pada ujung plunger. Hindari
menggerakkan spuit.
|
melakukan injeksi dengan tepat memerlukan manipulasi
halus bagian spuit. Gerakan spuit dapat mengubah posisi jarum dan menyebabkan
ketidaknyamanan. Ketika menggunakan metode Z-track, pertahankan pegangan kuat
pada kulit dengan tangan nondominan.
|
15.
|
- Setelah jarum masuk, tarik plunger untuk
mengaspirasi spuit secara perlahan. Bila tidak ada darah, injeksikan
obat secara perlahan dengan kecepatan 10 dtk/ml hingga habis
Jangan
memberikan obat secara IM pada dosis lebih dari 5 ml pada 1 tempat injeksi
|
aspirasi darah ke dalam spuit
menunjukkan jarum berada pada intravena (IV). Obat intramuskuler tidak
diberikan secara IV. Injeksi perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan
serta berpengaruh pada absorbsi obat.
|
17.
|
- Setelah selesai tunggu 10
detik kemudian secara halus dan mantap tarik jarum dengan cepat sambil
menempatkan kapas alcohol pada daerah penyuntikan. Letakkan jarum langsung pada
bengkok.
|
sokongan jaringan sekitar tempat injeksi meminimalkan
ketidaknyamanan selama jarum ditarik.
|
18.
|
- Berikan tekanan perlahan. Jangan memasase
kulit.
|
masase dapat merusak jaringan di bawahnya.
|
19.
|
- Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus
lateralis, dorong latihan kaki.
|
meningkatkan
absorbsi obat.
|
20.
|
- Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman
setelah injeksi.
|
memberi klien posisi nyaman.
|
21.
|
- Bantu
klien merapikan diri
- Ucapkan terimakasih atas kerjasama klien.
- Kembalikan tempat tidur pada posisi semula.
- Buang jarum dalam posisi tertutup dan spuitnya
kedalam wadah berlabel secara tepat.
|
mencegah
cedera pada klien dan personel rumah sakit. Tidak menutup kembali ujung jarum
dapat menyebabkan tusukan jarum dan tidak lagi dianggap praktek aman.
|
22.
|
- Lepaskan
sarung tangan.
- Cuci
tangan setelah prosedur dilakukan.
- Catat
prosedur dan reaksi pemberian.
- Evaluasi
kembali respon klien terhadap obat dalam 15-30 menit.
|
obat
parenteral diabsorbsi dan bekerja lebih cepat dibandingkan obat oral.
Observasi perawatan menetapkan kemajuan kerja obat.
|
- Tahap
Terminasi
- Melakukan
evaluasi tindakan
- Melakukan
kontrak untuk kegiatan selanjutnya
- Berpamitan
dengan klien
- Membereskan
alat-alat
- Mencuci tangan
- Mencatat
kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
BAB
4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemberian
obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan pengobatan dari
suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam pemberian obat baik melalui
oral, topikal,intravena,dan laila-lain, seorang perawat perlu memperhatikan
aturan pemakaiannya. Karena jika tidak, maka akan terjadi masalah yang baru
bagi pasien. Yang terpenting adalah perawat mengerti dan paham dengan lima
prinsip benar dalam pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis, benar
pasien, benar rute, dan benar waktu.
4.2
Saran
Diharapkan
kepada pembaca khususnya pada perawat setelah membaca tulisan ini dapat benar-benar
memahmi prosedur pemberian obat yang benar, agar pasien nyaman dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA
·
Connell,
Mc. A, Edwina, Administering a Z-Track I.M Injection, Nursing, January,
1999
·
Gray, Clinikcal Prosedur
Intramuscular Injection, 2003. URL: Http://www.nursesne: work.co.uk/nurses
%2office/02_06_24iminj.shtmlClinicalProsedur-iminj
·
Hidayat, Alimul, Aziz, Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia, 2004, EGC, Jakarta.
·
Intramusculer (IM) Injection
Administration Faslodex IM Injection, Z-Track Technique, Astra Zeneca,
2003-2007
·
Lismidar H dkk. Proses
Keperawatan, Edisi 2, Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta,
1995
·
Potter, Perry, Peterson, Buku
Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, edisi 5, 2005, EGC, Jakarta.
·
Nursing Procedures Made Incredibly
Easy Springhouse Corp.,Giving Z-Track Injection Nursing, by ProQuest
Information and Learning Company. All rights Reserved
·
Priharjo, Robert, Teknik Dasar
Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995, EGC, Jakarta.
·
Setiadi, Slamet. Aulawi, Khudazi.
dan Setiyarini, Sri, Perbedaan Penyuntikan Intramuskuler Metode Z Track
dengan Metode Konvensional atau Standar Terhadap Refluk Obat, Keluarnya Darah,
dan Tingkat Nyeri, Jurnal Ilmu Keperawatan, Volume 1, No 1, Januari 2006
·
Martelli, Mary, Elizabeth,
Z-Track Injection Encylopedia of Nursing and Allied Health, 2007
·
http://latihannafasdalamdanbatukefektif.blogspot.com/2011/01/pemberian-suntikan-z-track-sangat-aman.html