Jumat, 12 Oktober 2012

makalah injeksi Intra Muskuler




BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Injeksi
Injeksi adalah pemberian obat pada pasien yang  berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian  injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.


2.2 Tujuan Injeksi
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

2.3  Indikasi
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar  atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga  disebabkan karena ada beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.

2.4 Kontra Indikasi
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dan itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC.  Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien , khususnya anak-anak.
2.5 Proses Injeksi
 Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Peraway dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan cara:
a) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.
b) Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
c) Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda anatomis tubuh
d) Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi
e) Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
f) Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
g) Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
h) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan

2.6 Pengertian Intramuscular
Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas.
2.7 Anatomi Intramuscular
Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan.
2.8  Tujuan Pemberian IM
a.       Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di otot tubuh .
b.      Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang diberikan melalui subcutan.
c.       Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat. Namun perawat harus nerhati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut pad pasien.

2.9  Lokasi Pemberian IM
a.       Paha (vastus lateralis)
posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik  pada orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk.
b.      Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi. 

c.       Lengan atas (deltoid)
Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adlah meletakkan dua jari secara vertical dib awah akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.
d.      Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.
e. Rectus femoris
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga
tengah paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai
kedalaman yang tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).
Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting
untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan
riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk
menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana.
2.10 Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.
 A. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
    Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
a)   Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b)  Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
c)  Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d)  Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)

Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.

 B. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali. Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiapum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat. Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.


2.11 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Injeksi
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a)  Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b)  Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c)  Tempat injeksi
d)  Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e)  Kondisi/penyakit klien

2.12  Cara Mencegah Infeksi Selama Injeksi
Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
a)  Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan   biarkan ampul dalam keadaan terbuka
 b) Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
c)  Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum.
d)  Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.

























BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Peralatan
  1. Sarung tangan 1 pasang
  2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
  3. Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5  inci untuk dewasa; 25-27 G dan panjang 1 inci untuk anak-anak)
  4. Bak spuit 1
  5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
  6. Perlak dan pengalas
  7. Obat sesuai program terapi
  8. Bengkok 1
  9. Buku injeksi/daftar obat
3.2 Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat Secara IM (Intra Muskuler)
  1. Tahap PraInteraksi
    1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
    2. Mencuci tangan
    3. Menyiapkan obat dengan benar
    4. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
  2. Tahap Orientasi
    1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
    2. Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
    3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
  3. Tahap Kerja
No.
Intervensi
Rasional
1.
  1. Memastikan program dokter dan bila lembar persetujuan diperlukan.
  2. Perkenalkan diri pada klien, termasuk nama dan jabatan atau peran.Jelaskan prosedur dan alasannya dilakukan tindakan yang akan dilakukan dengan istilah yang dapat dipahami klien.
meminimalkan ketidaknyamanan selama injeksi. Penjelasan prosedur merupakan tekhnik distraksi yang dapat membantu mengurangi ansietas.

2.
  1. Pastikan identitas klien.
  2. Kaji ulang untuk menetapkan apakah intervensi masih tepat untuk klien.
  3. Siapkan peralatan
  4. Cuci tangan
  5. Sesuaikan tempat tidur atau kursi pada tinggi yang tepat.
  6. Yakinkan bahwa klien nyaman dan perawat memiliki ruangan yang cukup untuk melakukan tugas/ tindakan.
  7. Yakinkan bahwa cahaya ruangan cukup untuk menjalankan tindakan.
  8. Bila klien ada di tempat tidur, turunkan pagar tempat tidur pada sisi paling dekat perawat.
  9. Berikan privasi untuk klien. Tutup pintu, gunakan tirai privasi.
  10. Ambil obat dan masukkan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan dalam bak injeksi.
menjamin kesterilan obat.

3.
Pertahankan duk atau pakaian untuk menutupi bagian tubuh yang tidak memerlukan pemajanan
mempertahankan prifasi klien.
4.
  1. Pilih tempat injeksi yang tepat.

area ventrogluteal lebih dipilih untuk klien lebih dari 7 bulan. Bila bayi kurang dari 7 bulan, area lateralis harus digunakan.
5.
15.  Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (lihat lokasi penyuntikan). Palpasi tempat untuk adanya edema, massa, atau adanya nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi, atau infeksi. Palpasi otot untuk menetapkan kekerasan dan ukurannya.
tempat injeksi harus bebas luka yang dapat mempengaruhi absorbsi obat. Massa otot yang tepat diperlukan untuk menjamin injeksi intra muskuler akurat ke dalam jaringan yang tepat.
6.
  1. Bantu klien untuk mengambil posisi nyaman sesuai pada tempat yang dipilih untuk dilakukan injeksi.
a.       Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
b.      Pada ventrogluteal dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lutut dan panggul pada posisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi.
c.       Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
d.      Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilang abdomen atau pangkuan.
dengan membantu klien mengambil posisi yang mengurangi ketegangan pada otot akan meminimalkan ketidaknyamanan injeksi.

7.
  1. Relokasi tempat dengan menggunakan garis anatomic.

injeksi akurat memerlukan insersi pada tempat anatomic yang tepat untuk menghindari cedera saraf di bawahnya, tulang, atau pembuluh darah.
8.
  1. Gunakan sarung tangan.
  2. Desinfeksi dengan kapas alcohol. Bersihkan pada bagian tengah tempat injeksi dan rotasikan keluar dalam arah sirkulasi seluas kira-kira 5 cm.
kerja mekanis desinfeksi untuk menghilangkan sekresi yang mengandung microorganisme.

9.
  1. Tempatkan penutup jarum dari jarum diantara ibu jari dan jari telunjuk pada tangan nondominan. Lepaskan penutup jarum dari spuit dengan menarik penutup tegak lurus.
mencegah jarum menyentuh sisi penutup dan menjadi terkontaminasi.

10.
  1. Pegang spuit diantara ibu jari dan jari tengah tangan dominant seolah seperti mengarahkan anak panah pada papan tembok. Kebanyakan perawat memegang spuit dalam telapak ke bawah untuk injeksi intramuskuler.
injeksi halus, terarah dan cepat memerlukan manipulasi bagian spuit dengan tepat sehingga rasa dapat mengurangi nyari.
11
22.  Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus (sudut 90 derajat) terhadap tempat injeksi.
sudut menjamin bahwa obat mencapai massa otot.

12
  1. Tepat di bawah tempat injeksi, tarik kulit di bawahnya dan jaringan subcutan 2,5-3,5 cm ke bawah atau lateral terhadap tempat injeksi dengan tangan nondominan.
: hal ini mengurangi kebocoran obat ke dalam jaringan subcutan dan sehingga mengurangi nyeri.

13.
  1. Pegang taut kulit dan dengan cepat injeksikan jarum kedalam otot pada sudut 90 derajat dengan menggunakan metode Z-track.

: jarum tetap diinsersikan selama 10 detik untuk memungkinkan obat menyebar dengan rata. Metode Z-track menciptakan jalur zig-zag pada jaringan yang mengunci jalur jarum untuk menghindari keluarnya obat melalui jaringan subcutan.
14.
25.  Setelah jarum memasuki area, pegang bagian bawah ujung tabung spuit dengan tangan nondominan. Terus pegang kulit dengan kencang. Lepaskan tangan dominant pada ujung plunger. Hindari menggerakkan spuit.
melakukan injeksi dengan tepat memerlukan manipulasi halus bagian spuit. Gerakan spuit dapat mengubah posisi jarum dan menyebabkan ketidaknyamanan. Ketika menggunakan metode Z-track, pertahankan pegangan kuat pada kulit dengan tangan nondominan.
15.
  1. Setelah jarum masuk, tarik plunger untuk mengaspirasi spuit secara perlahan. Bila tidak ada darah, injeksikan obat secara perlahan dengan kecepatan 10 dtk/ml hingga habis
Jangan memberikan obat secara IM pada dosis lebih dari 5 ml pada 1 tempat injeksi

aspirasi darah ke dalam spuit menunjukkan jarum berada pada intravena (IV). Obat intramuskuler tidak diberikan secara IV. Injeksi perlahan mengurangi nyeri dan trauma jaringan serta berpengaruh pada absorbsi obat.
17.
  1. Setelah selesai tunggu 10 detik kemudian secara halus dan mantap tarik jarum dengan cepat sambil menempatkan kapas alcohol pada daerah penyuntikan. Letakkan jarum langsung pada bengkok.
sokongan jaringan sekitar tempat injeksi meminimalkan ketidaknyamanan selama jarum ditarik.

18.
  1. Berikan tekanan perlahan. Jangan memasase kulit.
masase dapat merusak jaringan di bawahnya.
19.
  1. Untuk tempat injeksi ventrogluteal dan vastus lateralis, dorong latihan kaki.
meningkatkan absorbsi obat.
20.
  1. Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman setelah injeksi.
memberi klien posisi nyaman.

21.
  1. Bantu klien merapikan diri
  2. Ucapkan terimakasih atas kerjasama klien.
  3. Kembalikan tempat tidur pada posisi semula.
  4. Buang jarum dalam posisi tertutup dan spuitnya kedalam wadah berlabel secara tepat.

mencegah cedera pada klien dan personel rumah sakit. Tidak menutup kembali ujung jarum dapat menyebabkan tusukan jarum dan tidak lagi dianggap praktek aman.
22.
  1. Lepaskan sarung tangan.
  2. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
  3. Catat prosedur dan reaksi pemberian.
  4. Evaluasi kembali respon klien terhadap obat dalam 15-30 menit.
obat parenteral diabsorbsi dan bekerja lebih cepat dibandingkan obat oral. Observasi perawatan menetapkan kemajuan kerja obat.



  1. Tahap Terminasi
    1. Melakukan evaluasi tindakan
    2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
    3. Berpamitan dengan klien
    4. Membereskan alat-alat
    5. Mencuci tangan
    6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan


















BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
           Pemberian obat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pencegahan dan pengobatan dari suatu masalah kesehatan yang dihadapinya. Dalam pemberian obat baik melalui oral, topikal,intravena,dan laila-lain, seorang perawat perlu memperhatikan aturan pemakaiannya. Karena jika tidak, maka akan terjadi masalah yang baru bagi pasien. Yang terpenting adalah perawat mengerti dan paham dengan lima prinsip benar dalam pemberian obat. Yaitu benar obat, benar dosis, benar pasien, benar rute, dan benar waktu.

4.2 Saran
        Diharapkan kepada pembaca khususnya pada perawat setelah membaca tulisan ini dapat benar-benar memahmi prosedur pemberian obat yang benar, agar pasien nyaman dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat.















DAFTAR PUSTAKA

·         http://elizuraida.multiply.com/journal/item/3 (Diakses tanggal 3 Oktober 2011 pukul 12.15)
·         Connell, Mc. A, Edwina, Administering a Z-Track I.M Injection, Nursing, January, 1999
·         Gray, Clinikcal Prosedur Intramuscular Injection, 2003. URL: Http://www.nursesne: work.co.uk/nurses %2office/02_06_24iminj.shtmlClinicalProsedur-iminj

·         Hidayat, Alimul, Aziz, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia, 2004, EGC, Jakarta.

·         Intramusculer (IM) Injection Administration Faslodex IM Injection, Z-Track Technique, Astra Zeneca, 2003-2007

·         Lismidar H dkk. Proses Keperawatan, Edisi 2, Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1995

·         Potter, Perry, Peterson, Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar, edisi 5, 2005, EGC, Jakarta.

·         Nursing Procedures Made Incredibly Easy Springhouse Corp.,Giving Z-Track Injection Nursing, by ProQuest Information and Learning Company. All rights Reserved

·         Priharjo, Robert, Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat, 1995, EGC, Jakarta.

·         Setiadi, Slamet. Aulawi, Khudazi. dan Setiyarini, Sri, Perbedaan Penyuntikan Intramuskuler Metode Z Track dengan Metode Konvensional atau Standar Terhadap Refluk Obat, Keluarnya Darah, dan Tingkat Nyeri, Jurnal Ilmu Keperawatan, Volume 1, No 1, Januari 2006

·         Martelli, Mary, Elizabeth, Z-Track Injection Encylopedia of Nursing and Allied Health, 2007


·         http://latihannafasdalamdanbatukefektif.blogspot.com/2011/01/pemberian-suntikan-z-track-sangat-aman.html



1 komentar: