BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obstruksi
laring dapat bersifat total ataupun parsial. Obstruksi total di laring akan menimbulkan
keadaan gawat, dan apabila tidak ditatalaksana dalam 4 menit akan menyebabkan
kematian akibat asfiksia. Obstruksi parsial di laring dapat menyebabkan gejala suara
parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi,
sianosis, hemoptisis dan rasa subjektif benda asing.
Obstruksi
laring dapat disebabkan oleh berbagai penyebab antara lain radang akut, dan radang kronis, benda asing, trauma akibat
kecelakaan, perkelahian, percobaan bunuh diri dengan senjata tajam, trauma
akibat tindakan medis, tumor laring, dan kelumpuhan nervusrekuren bilateral.
Prinsip
penanggulangan sumbatan laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan
cepat atau membuat jalan nafas baru yang dapat menjamin ventilasi . Tindakan
pada pasien dengan obstruksi laring dilakukan sesuai dengan derajat obstruksi.
Untuk derajat ringan yang disebabkan peradangan dapat diberikan tindakan
konservatif berupa pemberian obat-obatan. Sedangkan untuk derajat berat
diperlukan tindakan operatif yang memerlukan keterampilan dan peralatan khusus
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini
membahas tentang obstruksi laring yang meliputi definisi, fisiologi laring,
etiologi, manifestasi klinis, diagnosis, dan penatalaksanaan, serta komplikasi.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memahami definisi, fisiologi laring, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, dan komplikasi obstruksi
laring.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan
makalah ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai definisi, fisiologi laring, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi obstruksi laring.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
·
Obtruksi Laring
Obstruksi
laring adalah keadaan tersumbatnya laring yang dapat disebakan oleh radang akut
dan radang kronis, benda asing, trauma, iatrogenik, tumor laring, dan kelumpuhan
nervus rekuren bilateral.
2.2 Fisiologi
laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat
di tutup oleh sebuah empang tenggorok yang di sebut epiglotis, yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.
Laring
terdiri dari lima tulang rawan antara lain :
1.
Kartilago tiroid (satu buah) depan jakun (adam’s
apple), sangat jelas terlihat pada pria.
2.
Kartilago ariteanoid (dua buah) yang berbentuk beker.
3.
Kartilago krikoid (satu buah) yang berbentuk cincin.
4.
Kartilago epiglotis (satu buah).
Laring di
lapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang di
lapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara ini berjumlah dua buah : di
bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang di sebut
dengan ventrikularis di bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang
membentuk suara yang di sebut vokalis, terdapat dua otot. Oleh gerakan dua buah
otot ini maka pita suara dapt bergetar dengan demikian pita suara (rima
glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sini terbentuknya suara.
Fungsi
laring sebagai proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing
masuk kedalam trakea, dengan jalan
menutup auditus laring dan rima glotis secara bersamaan. Terjadinya penutupan
aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi otot-otot
ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak kedepan akibat
kontraksi m.tiroaritenoid dan
m.aritenoid. Selanjutnya mariepigloitika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan
rima glotis karena adduksi plika vokalis. Kartilago ariteniod kiri dan kanan
mendekat karena adduksi otot-otot intrinsik.
v Proses pembentukan suara
Terbentuknya
suara merupakan hasil dari hasil kerja sama antara rongga mulut, rongga hidung,
laring, lidah dan bibir. Pada pita suara palsu tidak terdapat otot, oleh karena
itu pita suara ini tidak dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi di
masuki oleh aliran udara maka tulang rawan gondok dan tulang bentuk beker tadi
di putar. Akibatnya pita suara dapat mengencang dan mengendor dengan demikian
sela udara menjadi sempit atau luas.
Pergerakan
ini di bantu pula oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-paru di hembuskan
dan menggetarkan pita suara. Getaran itu di teruskan melalui udara yang keluar masuk. Perbedaan suara seseorang
bergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih
tebal dari pada pita suara wanita.
2.3 Patofisiologi Obstruksi Laring
Laring merupakan kotak kaku dan
mengandung ruangan sempit antara pita suara (glotis), dimana udara harus
melewati ruang ini. Adanya pembengkakan membran mukosa laring dapat menutupi
jalan ini yang menjadi penyebab kematian.
ü Abses Peritonial (Quinsy)
Proses infeksi yang disebabkan oleh
kuman penyebab tonsilitis di dalam ruang peritonsil akan mengalami supurasi
(proses terbentuknya nanah karena bakteri pirogen, lalu menembus kapsul tonsil
dan menjalar serta menginfeksi di sekitar gigi, ke spatium parafaringium dan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan sepsis).
2.4 Etiologi
Obstruksi laring disebabkan oleh :
1.
Kelainan congenital
Ø Laringomalasia
Tidak
ditemukan gangguan patologi dasar ataupun gangguan yang bersifat progresif
pada laringomalasia. Kondisi ini lebih merupakan keadaan laringneonatus yang
terlalu lunak dan kendur jika dibandingakan normalnya. Saat bayimenarik nafas,
laring yang lunak akan saling menempel, mempersempit aditus dantimbul stridor.
Proses menelan tidak terganggu. Proses menangis mestinya normal. Pertambahan
berat dan perkembangan bayi biasanya normal. Stridor merupakangejala utama dan
dapat berlangsung konstan atau hanya saat bayi tereksitasi.Bersama stridor dapat timbul retraksi sternum dan
dada. Biasanya bayi berusia beberapa minggu saat mulainya laringomalasia.
Prognosisnya cukup baik karena kartilago
akan menjadi kaku.
Laringomalasia
Bila
sumbatan laring makin hebat sebaiknya dilakukan intubasi trakea danjangan
dilakukan trakeastomi karena biasanya juga diikuti trakeomalsia. Orangtua
pasien dinasehatkan supaya lekas datang ke dokter jika ada peradangan saluran nafas atas misalnya pilek.
Ø Stenosis
subglotik
Pada daerah
subglotik 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat penyempitan (stenosis).
Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah :
1. Penebalan
jaringan submukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus dan fibrosis2.
2. Kelainan
bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil3.
3. Bentuk
tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil4.
4. Pergeseran
cincin trakea pertama kearah atas belakang ke dalam lumenkrikoid.
Stenosis
subglotik
Gejala stenosis subglotik
ialah stridor, dispnoe, retraksi di suprasernal, epigastrium,interkostal serta
subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosisdan apnoe
sehingga mungkin terjadi gagal nafas.
2. Trauma laring
·
Kontusio laring
Bermanifestasi
sebagai hematoma internal dan terkadang sebagai dislokasikartilago aritenoidea.
Trauma biasanya disebabkan benda tumpul. Kunci pada terapi adalah dengan
diagnosis segera. Kontusio dapat diobservasi sementarapersiapan trakeotomi
tetap dilakukan. Biasanya pasien dengan kontusio cukup kooperatif untuk
dilakukan visualisasi laring. Hematoma biasanya terlihat.
·
Stenosis laring dan subglotis
Jaringan
parut yang mempersempit jalan nafas merupakan sekuele dari suatu penyakit atau
cedera, dan penatalaksanaannya sering kali sangat sulit. Trauma tumpul atau
tembus, trakeotomi tinggi, penelanan zat kaustik, luka tembak, iritasibalon
tuba endotrakea merupakan penyebab stenosis laring yang paling sering dijumpai.
Biasanya pasien memerlukan intubasi trakea jangka panjang bagi merekayang sangat sakit walaupun ini juga dapat
mneyebabkan stenosis laring lagi.
3.Trauma
Intubasi
Trauma
akibat intubasi bisa disebabkan karena trauma langsung saat pemasangan atau pun
karena balon yang menekan mukosa terlalu lama sehingga menjadi nekrosis. Trauma
sekunder akibat intubasi umumnya karena inflasi balon yang berlebihan walaupun
menggunakan cuff volume besar bertekanan rendah. Trauma yang disebabkan oleh
cuff ini terjadi pada kira-kira setengah dari pasien yang mengalami trauma saat
trakeostomi. Trauma intubasi paling sering menyebabkan sikatrik kronik dengan
stenosis, juga dapat menimbulkan fistulatrakeoesofageal, erosi trakea oleh pipa
trakeostomi, fistula trakea-arteri inominata,dan ruptur bronkial.
Penggunaan
pipa endotrakea dengan cuff yang bertekanan tinggi merupakan etiologi yang paling sering terjadi pada
intubasi endotrakea. Penggunaan cuff dengan volume tinggi tekanan rendah
telah menurunkan insiden stenosis trakeapada tipe trauma ini, namun trauma
intubasi ini masih tetap terjadi dan menjadiindikasi untuk reseksi trakea dan
rekonstruksi. Selain faktor diatas ada beberapa faktor resiko yang mempermudah
terjadinya laserasi atau trauma intubasi.
Saat ini
tersedia cuff plastic bertekanan rendah untuk tuba trakeostomi. Cuff ini
dirancang untuk memelihara tekanan pada trakea agar tetap di bawah 25cmHO
sehingga mengurangi insiden stenosis akibat cuff trakea.
Tekanan
cuff harus dipantau sedikitnya 8 jam dengan menempelkan diameter tekanan
genggam pada pilot balon sedang atau melakukan teknik penggunaan volume
kebocoran minimal atau volume oklusi minimal. Secara umum dapat dikatakan bahwa
intubasi endotrakea jangan melebihi 6 hari dan untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan
trakeostomi.
4. Penyakit
infeksi pada laring
·
Laryngitis akut
Radang akut
laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).
Pada anak
dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas dan padaorang dewasa tidak secepat pada
anak. Penyebabnya adalah bakteri yangmenyebabkan
radang lokal dan virus yang menyebabkan radang sistemik. Gejaladan
tanda-tandanya berupa demam, malaise, suara parau sampai afoni, nyerimenelan
atau berbicara, batuk kering yang lama kelamaan disertai dahak kentaldan gejala
sumbatan laring.
·
Laringitis kronik
Dapat disebabkan
oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau
bronkitis kronis, dan penyalahgunaan suara (ocal
abuse ), sinusitis, reflux, dan polusi lingkungan. Gejalanya adalah
suara parau yang menetap, rasa tersangkut
di tenggorok sehingga pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal.
·
Croup
Infeksi menular melalui inhalasi, masuk melalui hidung dan nasofaring. Infeksi menyebar dan akhirnya
melibatkan laring dan trakea.
Meskipun
saluran pernafasan
lebih rendah, mungkin akan terpengaruh. Peradangan dan edema pada laring dan
trakea subglotik, khususnya yang dekat dengan tulang rawan krikoid, yang paling
klinis signifikan. Virus Para influenzae mengaktifkan
sekresi klorida dan menghambat
penyerapan natrium melintasi epitel trakea, berkontribusi terhadap
edema jalan napas. Ini adalah bagian paling sempit dari saluran napas anak. Dengan
demikian, pembengkakan dapat secara signifikan mengurangi diameter,
membatasi aliran udara. Ini menyebabkan aliran udara turbulen danstridor,
retraksi dada, dan batuk. kerusakan endotel dan hilangnya fungsi siliaterjadi.
Eksudat
fibrin memenuhi sebagian lumen trakea. Selain itu terdapat penurunan
mobilitas dari pita suara karena edema. Pada penyakit yang berat,eksudat
fibrinous dan pseudomembran dapat menyebabkan obstruksi jalan napasyang lebih
besar. Hipoksemia dapat terjadi karena penyempitan lumen yang progresif,
ventilasi alveolar yang terganggu dan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi.
Gejalanya
yaitu stridor inspirasi atau bifase, demam subfebril, batuk (terutamapada malam hari), suara serak.
5. Tumor laring
Tumor jinak
laring dapat berupa papiloma laring, adenoma, kondroma, mioblastoma
sel granuler, hemangioma, lipoma, dan neurofibroma.
Tumor
laring
Tumor ganas laring
diantaranya tumor supraglotik, tumor glotik, tumor subglotik, dan tumor
ganas transglotik.
Etiologi
karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok, peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan risiko tinggi
terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan beberapa hal
yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat ialahrokok,
alkohol, dan terpajan oleh sinar radioaktif.
6. Benda asing
laring
Benda yang
berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak
ada pada saluran napas tersebut.
Setiap benda
asing dalam laring merupakan keadaan darurat yang perlusegera ditangani.
Kejadiannya sering kali berupa seseorang yang menjepit objek didalam mulut di
antara giginya dan kemudian tidak sengaja terinhalasi.
Jika pasien tidak dalam
keadaan distress pernafasan, tidak perlu dilakukan usaha untuk mengangkat
objek di unit gawat darurat. Pengangkatan harus dilakukan di kamar operasi
dengan di damping petugas anestesia. tindakan mengeluarkan benda asing itudapat
mengakibatkan obstruksi jalan nafas. Pada anak kecil benda asing dalam esofagus
bagian atas dapat menekan jalan nafas dengan jalan mendilatasi esofagus.
Contoh kasus
benda asing misalnya sepotong daging tersangkut pada rima glotis. Korban
tiba-tiba kolaps setelah memasukkan makanan dalam suapan besar. Benda asing
tersebut harus diusahakan untuk dikeluarkan dengan cara menekan dada dari belakang
yaitu manufer Heimlich.
Jika tidak
berhasil, sebaiknya dilakukankrikotirotomi
bukannya trakeostomi.
7. Benda asing pada
laring
·
Paralisis laring
Tiap lesi
sepanjang perjalanan nervus rekuren laryngeal dapat menimbulkan paralisis
laring. Pada paralisis korda vokalis bilateral, suara tidak terlalu
terpengaruh. Akan tetapi rima glotis tidak cukup
lebar untuk kegiatan yang mengerahkan tenaga. Pasien bahkan
mengalami sesak nafas saat istirahat. Sehingga pasien memerlukan trakeostomi
guna mengurangi obstruksi jalan nafas. Paralisis korda vokalis unilateral pada anak
memiliki cirri tambahan. Karena ukuran glotis yang kecil, maka
paralisisunilateral pada anak dapat membahayakan jalan nafas, sehingga secara
klinis mengakibatkan
stridor. Sementara itu pada paralisis lengkap, lesi saraf vagus di atas saraf laringeus
superior bilateral, dimana efek lesi serupa dengan paralisis saraf rekurens, namun lebih
cendrung untuk mengalami aspirasi
Paralise
laring
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda sumbatan laring secara umum ialah :
1.
Suara serak (disfonia) sampai afoni
2.
Sesak nafas (dispnea)
3.
Stridor (nafas berbunyi) yang terdengar pada waktu
inspirasi
4.
Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di
suprasternal, epigastrium,supraklavikula dan interkostal
5.
Gelisah karena pasien haus udara (air hunger ).
6.
Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena
hipoksia
Jackson
membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium dengan tandadan gejala:
o Stadium I : Cekungan tampak
pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor padawaktu
inspirasi dan pasien masih tenang.
o Stadium II : Cekungan pada waktu inspirasi di daerah
suprasternal makin dalam,ditambah lagi dengan timbulnya cekungan di daerah
epigastrium.Pasien sudah mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.
o
Stadium III :
Cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat
diinfraklavikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea.Stridor terdengar pada waktu pada waktu inspirasi
dan ekspirasi.
o Stadium IV : Cekungan ± cekungan di atas bertambah jelas,
pasien sangat gelisahdan tampak sangat ketakutan serta sianosis.
Jika keadaan
ini berlangsung
terus, terjadilah hiperkapnea yang akan menyebabkan paralitik
pusat pernafasan. Selain itu pasien akan kehabisan tenaga dan letargi.
Pasien lemah dan tertidur dan akhirnya meninggal karena asfiksia.
2.5 Diagnosis
Diagnosis
pasien dengan sumbatan jalan nafas memerlukan integrasi anamnesis
danpemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi lokasi dan besarnya obstruksi.
Skema
penilaian obstruksi saluran nafas atas
Selama
penilaian, harus selalu diperhatikan keadaan umum pasien,
Kenyamanan bernafas,
usaha bernafas, dan oksigenasi perifer. Pasien dengan obstruksi saluran nafas
dapat agitasi
akibat ketakutan / hipoksia,
tetapi pasien tanpa agitasi terutama letargi dapat mengalami obstruksi
dan hiperkapnea. Pemeriksaan awal mencakup tanda vital, pulse ximetry
dan identifikasi
tanda trauma kepala dan leher. Tulang servikal harus dievaluasi dan
distabilisasi.
Pasien
dengan kesulitan bernafas akan menghindari berbicara dan mencari posisi yang dapat
membantu memperbesar jalan nafas.
Waktu munculnya stridor penting untuk diketahui. Gejala
saluran nafas mula-mula muncul pada saat relaksasi neuromuskular, yaitu pada
saat tidur.
Riwayat infeksi, trauma leher dan kepala, masuknya benda asing harus
ditanyakan. Seluruh
pasien, harus ditanyakan seluruh gejala kelainan kepala dan leher, seperti
turunnyaberat badan,
batuk, hemoptisis, disphagia, odinophagia, perubahan suara, otalgia, nyeritenggorok,
emesis dan hematemesis.
Selama
pemeriksaan, pemeriksa harus mendengarkan dengan seksama nafas pasien. Pada pasien
normal, tidak ada usaha bernafas. Stridor, bunyi spontan yang dihasilkan oleh
pasien dengan obstruksi saluran nafas yang signifikan, disebabkan turbulensi
aliran udarayang melewati daerah yang stenosis. Stridor dapat digunakan untuk
mengidentifikasi lokasidan berat obstruksi saluran nafas. Stridor inspirasi
terjadi pada obstruksi di supraglotis danglottis. Stridor ekspirasi terjadi
pada obstruksi glottis, subglottis, dan tracheal.
Snoring, getaran palatal pada orofaring
yang menyempit sering ditemukan pada pasien denganpenyempitan diameter
orofaring, pasien obese atau obstruksi nasal. diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan klinis dan laringoskopi.
Pada
orang dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung dan pada anak dilakukan laringoskopi langsung.
Pemeriksaan
laboratorium dan radiografik dapat dilakukan padapasien dengan ancaman
obstruksi saluran nafas.
2.6 Penanggulangan Obstruksi Laring
Prinsip
penangulangan sumbatan laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan cepat
atau membuat jalan nafas baru yang dapat menjamin ventilasi. Tindakan konservatif dengan
pemberian anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, serta pemberian oksigen intermiten
dilakukan pada sumbatan laring stadium I yang disebabkan peradangan. Tindakan operatif
atau resusitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan cara memasukkan pipa
endotrakea melalui mulut (intubasi orotrakea) atau melalui hidung (intubasi
nasotrakea), membuat trakeostoma atau melakukan
krikotirotomi.
Intubasi
endotrakea atau resusitasi dapat dilakukan pada pasien dengan sumbatanlaring
stadium II dan III, sedangkan krikotirotomi dilakukan pada sumbatan laring
stadium IV. Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan berdasar analisis
gas darah (pemeriksaan Astrup).
Bila
fasilitas tersedia maka intubasi endotrakea merupakan pilihan pertama sedangkan jika ruangan
perawatan intensif tidak tersedia sebaiknya dilakukan trakeostomi.
Pada
sumbatan total laring akibat benda asing, dapat dilakukan perasat dari Heimlich
(Heimlich manuever) pada anak dan dewasa, atau dengan memegang anak pada
osisiterbalik, kepala di bawah, kemudian daerah punggung/ tengkuk dipukul,
sehingga diharapkanbenda asing dapat dibatukkan keluar.
Mengeluarkan
benda asing pada anak
2.6.1 Intubasi Endotrakea
Indikasi
intubasi endotrakea :
Untuk
mengatasi sumbatan saluran nafas bagian atas.
1. Membantu ventilasi.
2. Memudahkan mengisap sekret dari
traktus trakeo-bronkial.
3. Mencegah aspirasi sekret yang ada di
rongga mulut atau yang berasal dari lambung
Pipa endotrakea harus dengan ukuran
yang sesuai dengan ukuran trakea pasien dan umumnya untuk orang dewasa dipakai yang diameter dalamnya 7-8,5 mm.
Pipa endotrakea yang dimasukkan lewat
hidung dapat dipertahankan untuk beberapa hari, dan jangan melebihi 6 hari dan
untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan trakeostomi. Komplikasi
yang dapat timbul adalah stenosis laring atau trakea.
Intubasi endotrakea
·
Teknik Intubasi Trakea
Intubasi
endotrakea merupakan tindakan penyelamat dan dapat dilakukandengan atau tanpa
analgesia topikal dengan xylocain 10%. Posisi pasien tidur telentang,
leher fleksi sedikit, dan kepala ekstensi.
Laringoskop
dengan spatel bengkok dipegang dengan tangan kiri,
dimasukkan melalui mulut sebelah kanan, sehingga
lidah terdorong ke kiri. Spatel diarahkan menelusuri pangkal lidah kevalekula,
lalu laringoskop diangkat ke atas, sehingga pita suara dapat terlihat. Dengan tangan kanan
pipa endotrakea dimasukkan melalui mulut terus melalui celah antara kedua pita
suara ke dalam trakea. Pipa endotrakea juga dapat dimasukkan melalui salah satu
lubang hidung sampai rongga mulut dan dengan cunam
Magill ujung
pipa endotrakea
dimasukkan ke dalam celah antara kedua pita suara sampai ke trakea.
Teknik intubasi
trakea
Kemudian
balon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan baik. Apabila
menggunakan spatel laringoskop yang lurus maka pasien yang tidur telentangitu
pundaknya harus diganjal dengan bantal pasir, sehingga kepala mudah diekstensikan
maksimal.
Laringoskop
dengan spatel yang lurus dipegang dengan tangan kiri dan dimasukkan
mengikuti dinding faring posterior dan epiglotis diangkat horizontal keatas
bersama-sama sehingga laring jelas terlihat. Pipa endotrakea dipegang
dengantangan kanan dan dimasukkan melalui celah pita suara sampai di trakea.
Kemudianbalon diisi udara dan pipa endotrakea difiksasi dengan plester. Memasukkan pipa endotrakea ini harus
hati-hati karena dapat menyebabkan trauma pita suara, laserasipita suara timbul
granuloma dan stenosis laring atau trakea.
2.6.2 Trakeostomi
Trakeostomi
merupakan tindakan membuat stoma agar udara dapat masuk keparu-paru dengan
memintas jalan nafas bagian atas. Indikasi trakeostomi termasuk sumbatan mekanis
pada jalan nafas dan gangguan non obstruksi yang mengubahventilasi.
Gangguan
yang memerlukan trakeostomi :
1.
Mengatasi
obstruksi laring.
2.
Mengurangi ruang
rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah
dan faring. Dengan adanya stoma makaseluruh oksigen yang masuk kedalam paru,
tidak ada yang tertinggal diruangrugi itu. Hal ini berguna pada pasien dengan
kerusakan paru, yang kapasitasvitalnya berkurang.
3.
Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien
yang tidak dapat mengeluarkan
sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam keadaan koma..
4.
Untuk memasang respiratoar (alat bantu pernapasan).
5.
Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila
tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.
Alat-alat
yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi ialah semprit dengan obat
analgesia, pisau skalpel, pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul, sepasang
pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea yang ukurannya cocok untuk pasien.
Alat-alat
trakeostomi
·
Teknik
Trakeostomi
Pasien tidur
telentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan
kepala untuk diekstensikan pada persendian atlanto oksipital. Dengan posisi
seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan
leher. Kulit daerah leher dibersihkan secara dan antisepsis dan ditutup dengan kain
steril.
Obat
anastetikum disuntikkan di tengah krikoid dengan fosa suprasternalsecara
infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai di bawah krikoid
sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan
jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira 2jari di
bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira
5cm.
Dengan
gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan
lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul, sampai tampak
trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin- cincin tulang rawan yang berwarna
putih. Bila lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea
ini mudah ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yangtampak ditarik
ke lateral. Ismus tiroid yang ditemukan
ditarik ke atas supaya cincintrakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismus
tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong
di tengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismus tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral.
Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukanaspirasi
dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke-3
dengan gunting yang tajam. Kemudian
dipasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul
difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Trakeostomi
·
Perawatan Pasca Trakeostomi
Pada
perawatan awal dari stoma perlu dilakukan auskultasi dada dan pada anak
memerlukan radiogram dada segera untuk mencek posisi tuba agar tidak melampaui karina sehingga masuk ke bronkus kanan
dan menyumbat bronkus kiri,serta untuk memastikan tidak terjadi
pneumothoraks.
Perawatan
pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan
menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap ke
luar dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan
lagi ke dalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama,
maka kanul harus dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah di bawah kanul harus
diganti untuk menghindari timbulnya dermatitis.
2.7 Komplikasi
Komplikasi
bedah sering
timbul selama pembedahan, namun komplikasi dapat dikenali,
dicegah dan diatasi. Perdarahan dapat dicegah dengan diseksi garis tengah elektif
dengan mengikat pembuluh darah dan pemeriksaan dengan cermat pada tiap permukaan
dimana darah merembes. Pneumothoraks
dapat ditemukan secara dini melalui auskultasi
dan radiogram dada. Paralisis
saraf rekuren jarang terjadi dan harus dicegah
dengan memperhatikan teknik bedah.
Komplikasi lanjut :
Perdarahan
lanjut adalah akibat erosi trakea pada pembuluh utama, biasanya arteri
inominata.
·
Infeksi
·
istula trakeoesofagus
·
Stenosis trakea
2.7.1 Krikotirotomi
Krikotirotomi
merupakan tindakan penyelamat pada pasien dalam keadaan gawat napas.
Dengan cara membelah membran krikotiroid. Tindakan ini harus dikerjakan cepat
walaupun persiapannya darurat.
Daerah insisi Krikotirotomi
·
Teknik krikotirotomi
Pasien tidur
telentang dengan kepala ekstensi pada artikulasi atlantooksipitalis. Puncak
tulang rawan tiroid (Adams apple) mudah diidentifikasi difiksasi dengan jari
tangan kiri. Dengan telunjuk jari tangan kanan tulang rawan tiroid dirabake
bawah sampai ditemukan kartilago krikoid.
Membran
krikotiroid terletak di antara kedua tulang rawan ini. Daerah ini diinfiltrasi dengan anastetikum kemudian
dibuatsayatan
horizontal pada kulit.
Jaringan di
bawah sayatan dipisahkan tepat tepat
padagaris tengah. Setelah tepi bawah kartilago tiroid terlihat, tusukkan pisau dengan arah ke bawah.
Kemudian, masukkan kanul bila tersedia. Jika tidak, dapat
dipakai pipa plastik
untuk sementara.
Krikotirotomi
merupakan kontra indikasi
pada anak di bawah 12 tahun, demikian
juga pada tumor
laring yang sudah meluas ke subglotik dan terdapat laringitis.
Stenosis subglotik akan timbul bila kanul dibiarkan terlalu lama karena kanul yang
letaknya tinggi akan mengiritasi jaringan-jaringan di sekitar subglotis, sehingga
terbentuk jaringan granulasi dan sebaiknya segera diganti dengantrakeostomi
dalam waktu 48 jam.
2.7.2 Heimlich Manuver
Cara lain
untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara totalialah dengan
cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan padaanak maupun
dewasa.
Menurut
teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah
pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai
botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatnya
akan terlempar keluar.
Pada
maneuver Heimlich, dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah bilapasien
masih dapat berdiri maka penolong berdiri de belakang pasien, kepalan tangan kanan penolong diletakkan
diatas prosessus xifoid sedangkan tangan kirinya diletakkan
diatas tangan kirinya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dan keatas ke
arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing terlempar keluar dari mulut pasien.
Bila pasien
sudah terbaring karena pingsan maka penolong bersetumpu padalututnya dikedua
sisi pasien, kepalan tangan diletakkan dibawah prosessus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah, dan ke arah paru pasien beberapa
kali, sehingga
benda asing terlempar keluar mulut. Posisi muka pasien harus lurus,
leher jangan ditekuk kesamping, supaya jalan nafas merupakan garis lurus.
2.7.3 Heimlich Manuver
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture
lambung atauhati dan fraktur iga. Oleh karena itu, pada anak sebaiknya cara
menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan
dua buah jari kiri dan kanan.
2.8 Asuhan
Keperawatan Pada Pasin Dengan Obstruksi Laring
Obstruksi saluran nafas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab.
Obstrukksi jalan nafas akut biasanya di sebabkan oleh partikel makanan,
muntahan, bekuan darah, atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring
atau trakea. Obstruksi saluran nafas juga dapat terjadi akibat dari adanya
sekresi kntal atau pembesaran jaringan pada dinding jalan nafas, seperti :
epiglotis, edem laring, karsinoma laring, atau peritonsilar abses.
Pasien yang karena beberapa sebab mengalami penurunan kesadaran, sangat
berisiko mengalami obstruksi jalan nafa. Hal tersebut di sebabkan karena
hilangnya refleks proteksi tubuh (batuk dan menelan) dan hilangnya tonus otot
faringeal yang menyebabkan lidah jatuh kebelakang sehingga menghambat jalan
nafas.
Perawat harus mengobservasi untuk mengakaji tanda dan gejala dari
obstruksi jalan nafas tersebut, antara lain :
·
Inspeksi. apakah
pasien sadar ? apakah ada usaha untuk bernafas ? apkah dada bergerak secara
simetris ? apakah terdapat retraksi otot bantu nafas ? bagaimana warna kulitnya
? apakah terdapat tandam ekstem ? apakah trakea tegak atau sejajar (midline) ?
·
Palpasi. Apakah
kedua sisi dari dada berkembang secara simetris saat inspirasi ? apakah ada
daerah yang fraktur atau krepitus ?
·
Auskultasi. Apakah terdapat suara pergerakkan udara,
stridor (suara inspirasi), atau wheezing (suara ekspirasi)? Apakah suara nafas
terdengar pada kedua bagian di seluruh lobus ?
Benda asing yang teraspirasi dan
tersangkut di laring dapat menyebabkan sumbatan total atau parsial pada saluran
pernafasan. Jenis sumbatan ini bergantung dari ukuran, bentuk, dan posisi benda
asing pada rimaglotis. Kadang-kadang sentuhan benda asing pada pita suara bisa
menyebabkan spasme laring, sehingga benda asing tersebut terjepit di antara
kedua pita suara.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obstruksi
laring adalah keadaan tersumbatnya laring oleh bermacam sebab
seperti:peradangan pada laring, tumor laring, kelainan kongenital laring,
paresis nervus rekurenlaring bilateral,
trauma, dan benda asing yang menyumbat laring.Obstruksi laring dapat
bersifat total ataupun parsial. Obstruksi total di laring akan menimbulkan
keadaan gawat, dan apabila tidak ditatalaksana dalam 4 menit akan menyebabkan
kematian akibat asfiksia. Obstruksi parsial di laring dapat menyebabkan gejala suara
parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi,
sianosis, hemoptisis dan rasa subjektif benda asing. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan laringoskopi.
Pada orang
dewasa dilakukan laringoskopi tidak langsung dan pada anak dilakukan laringoskopi langsung. Tindakan pada
pasien dengan obstruksi laring dilakukan sesuai dengan derajat obstruksi. Penatalaksanaan
dapat bersifat konservatif dengan pemberian obat-obatan, dapat pula dengan
tindakan bedah. Tindakan operatif atau resusitasi untuk membebaskan saluran napas
ini dapat dengan cara memasukkan pipa endotrakea melalui mulut
(intubasiendotrakea) atau melalui hidung (intubasi nasotrakea), membuat
trakeostoma atau melakukan krikotirotomi.
3.2 Saran
Setelah
membaca dan memahami makalah obstruksi laring, diharapkan kepada mahasiswa/i
khususnya dapat melakukan dan melaksanakan perencanaan dengan profesional pada
pasien dengan obstruksi laring dan juga bagi setiap orang dapat menghindari
penyakit obstruksi laring dengan selalu menjaga dan membiasakan pola hidup
sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://books.google.co.id/books?id=C41PKn0SQMwC&pg=PA137&lpg=PA137&dq=askep+obstruksi+laring&source=bl&ots=NIcamBKcT7&sig=h10ygl-7bED6cd4d2uxeuwMd4sg&hl=id&ei=x9iDTrD2BsbsrAfkl53TDA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CB0Q6AEwAQ#v=onepage&q&f=false Di akses pada hari kamis, 29
September 2011, pukul 10.25
http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/kondas-obstruksi-jalan-nafas-atas.html Di akses pada hari kamis, 29
September 2011, pukul 10.30
0 komentar:
Posting Komentar